Digital Divide, Digital Inequaity, Knowledge Divide, Digital Literacy, Information Literacy
Digital Divide
Belum meratanya akses internet di suatu daerah serta diperparah dengan biaya internet yang masih belum terjangkau bagi sebagian besar kemampuan ekonomi masyarakat.
Digital Inequality
Digital inequality adalah bentuk ketidaksetaraan digital yang terjadi dalam dunia masyarakat, dimana digital inequality ini dianggap sebagai evolusi dari digital divide.
Knowledge Divide
Digital Literacy
Information Literacy
Literasi Informasi disimpulkan menjadi: seperangkat keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap mahasiswa untuk mendapatkan, mengidentifikasi dan menggunakan informasi, mengevaluasi sumber-sumber informasi yang otoritatif, mengelola dan menyimpan informasi dengan benar serta dapat menggunakan informasi secara etis. Yang bertujuan untuk membentuk pribadi-pribadi yang berpikir kritis dan menjadi pembelajar seumur hidup.
Kesenjangan digital adalah kesenjangan ekonomi dan sosial
terkait akses, penggunaan, atau dampak teknologi informasi dan komunikasi
(TIK). Kesenjangan antara antarnegara (seperti kesenjangan digital di Amerika
Serikat) dapat mengacu kepada kesenjangan antar individu, rumah tangga, bisnis,
atau wilayah geografis, biasanya dengan tingkat sosial-ekonomi yang berbeda
atau kategori demografi lain. Kesenjangan antarnegara atau kawasan dunia
disebut kesenjangan digital global, yaitu kesenjangan teknologi antara negara
berkembang dan negara maju di tingkat internasional.
Salah Satu Contoh Nyata Digital Divide di Indonesia
Di saat masyarakat kota maupun masyarakat negara maju sudah
melek internet dan internet sudah menjadi kebutuhan utama (primer), masih saja
ditemui adanya masyarakat didesa maupun masyarakat di negara tertinggal dan
negara berkembang yang terkendala di dalam mengakses dan menggunakan sarana
internet, bahkan yang tidak tahu sama sekali mengenai internet.
Faktor-Faktor Penyebab Digital Divide di Indonesia
Penyedian Infrastruktur yang Belum Merata
Infrastruktur dalam hal ini meliputi ketersediaan sarana
akses berupa jalan raya (transportasi), air, listrik, ingga internet. Dengan
adanya infrastruktur yang memadai, maka akan memudahkan di dalam proses penyediaan
sarana dan fasilitas informasi digital. Sebagai contoh :
Misalkan saja apabila tersedia sarana jalan raya yang
memadai, maka akan memudahkan di dalam proses transportasi, termasuk juga
penyebaran perangkat keras komputer.
Penyedian sarana listrik yang cukup untuk menunjang kegiatan
elektronis masyarakat, khusunya komputer, internet, televisi, radio, dan akses
digital lainnya.
Belum meratanya akses internet di suatu daerah serta diperparah dengan biaya internet yang masih belum terjangkau bagi sebagian besar kemampuan ekonomi masyarakat.
Pembangunan yang
Belum Merata
Faktor kedua ini berkaitan dengan faktor petama yang telah
dijelaskan sebelumnya. Di wilayah negara yang luas di Indonesia, pembangunan
yang tidak merata dan hanya berpusat pada satu pulau saja akan sangat
disayangkan. Kita dapat melihat kurangnya pemerataan pembangunan di indonesia
antara wilayahdesa dan kota besar, antara wilayah dipulau Jawa dan Bali dengan
pulau-pulau kecil, apalagi yang berada di wilayah terluar (perbatasan)
Kurangnya Kerja Sama
Pemerintah, Masyarakat, Swasta, Akademis
Faktor ini disebabkan oleh masih kurangnya kerja sama antara
pemerintah (pusat dan daerah), masyarakat setempat, swasta, dan para akademisi
di dalam bahu-membahu menghapus Digital Divide dan Knowledge Divide pada
berbagai daerah di Indonesia, terutama daerah pelosok dan desa.
Kurangnya Kepedulian
Masyarakat
Faktor lain yang mempengaruhi adanya Digital Divide di
Indonesia adalah masih banyaknya masyarakat indonesia yang tidak memiliki
kepedulian, baik kepada sesama, kepada lingkungan sekitar, bahkan kepada diri
mereka sendiri. Contohnya, aparat pemerintah dilingkungan desa atau wilayah
pelosok tersebut juga tidak memiliki inisiatif untuk memulai proses
mencerdaskan masyarakatnya.
Perbedaan Pola Hidup
Masyarakat
Faktor ini juga menjadi penyebab adanya Digital Divide, baik
di Indonesia maupun negara lainnya di dunia. Contonya, Perkembangan sebah
telepon seluler (ponsel) dan gaya hidup anak muda di kota besar dengan di
pedesaan atau daerah pelosok.
Regulasi yang Berbeda
Setiap Daerah
Regulasi yang ada di daerah belum semuanya seragam dengan
regulasi di kota besar, terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi.
Misalkan saja belum banyak pemerintah daerah (misal di pedesaan, pelosok, kota
kecil) di Indonesia yang menggalakan dan mensosialisasikan pemanfaatan
internet, komputer dan komputerisasi, untuk menunjang kegiatan sehari-hari.
Digital Inequality
Digital inequality adalah bentuk ketidaksetaraan digital yang terjadi dalam dunia masyarakat, dimana digital inequality ini dianggap sebagai evolusi dari digital divide.
Digital Inequality
sebagai Dampak dari Digital Divide
Digital Inequality merupakan bentuk pergantian dan evoluasi
dari Digital Divide, dimana manusia tidak dapat memanfaatkan Teknologi
Informasi di dalam menunjang kegiatan sehari-hari. Sedikit berbeda dengan
Digital Divide yang mana menekankan kepada kesenjangan yang terjadi, sehingga
menimbulkan masyarakat yang juga sama-sama tidak bisa memanfaatkan Teknologi
Informasi, maka pada Digital Inequality terdapat ketidak setaraan pada empat
buah hal berikut:
Teknis (Technical)
Secara teknis, tidak meratanya akses internet pada suatu
daerah , akan menghambat masyarakat di dalam memperoleh akses pengetahuan dan
informasi melalui internet .
Otonomi (Autonomy)
Otonomi mencangkup kebijakan dari pemerintah, baik disuatu
daerah maupun negara setempa. Apabila pemerintah suatu daerah atau negara tidak
terbuka dan tidak peduli akan keberadaan masyarakat yang tidak merata di dalam
menikmati akses Teknologi Informasi, maka akan makin banyak masyarakat yang
mengalami Digital Inequality.
Keterampilan (Skill)
Makin rendahnya ketrampilan atau kemampuan individu akan
pemanfaatan Teknologi Informasi, akan meningkatkan Digital Inequality yang
berdampak buruk di era digital ini.
Tujuan (Purpose)
Hal terakhir terkait ketidak merataan yang memicu terjadinya
Digital Inequality, sebagai dampak dari Digital divide, adalah tujuan dari
individu bersangkutan di dalam mempelajari dan menggunakan teknologi informasi.
Tujuan-tujuan tersebut haruslah diketahui dengan pasti, sebagai motivasi di
dalam mempelajari dan menggunakan Teknologi Informasi.
Digital divide dan
Digital Inequality pada Sejumlah Negara di Dunia
Sejumlah negara-negara di berbagai belahan dunia
bahu-membahu utuk menyikapi masalah Digital divide (termasuk untuk diberikat
solusi, ditengah makin pesatnya perkembangan dan pemanfaatan teknologi dan
informasi di berbagai bidang kehidupan).
Knowledge divide berarti kesenjangan pengetahuan dimaksudkan
sebagai bentuk kesenjangan di dalam memperoleh pengetahuan dan berbagai
pengetahuan. Knowledge divide memberikan dampak buruk bagi masyarakat dan
negara.
Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Knowledge divide
Sejumah faktor peneybab terjadinya knowledge divide pada
masyarakat suatu wilayah atau negara dan individu secara pribadi antara lain:
- Ketidak merataan akses internet
- Ketidak merataan infrastrukstur dan bangunan
- Pola pikir dan kebiasaan masyarakat
- Kebijakan pemerintah setempat
- Minat baca tulis dan berbagai pengetahuan yang kurang pada masyarakat
- Biaya hidup dan kesejahteraan masyarakat
Hubungan Antara
Knowledge divide dengan Digital divide
Antara Knowledge divide dengan digital divide tedapat benang
merah, yang dapat menciptakan suatu kondisi dimana terjadi kesenjangan di
antara suatu individu atau masyarakat secara umum di dalam memperoleh akses dan
layanan berbasis digital, baik untuk kegiatan dan kebutuhan sehari-hari.
Kondisi inilah yang memicu terjadinya knowledge divide.
Upaya-Upaya Untuk
Menghapus Digital divide
- Gerakan internet masuk desa
- Sosialisasi penggunaan perangkat lunak Open Source
- Perbaikan dan penambahan infrastruktur oleh pemerintah
- Sosialisasi baca tulis dan digitalisasi ke masyarakat
- Semangat untuk belajar dan berbagi pengetahuan pada masyarakat
Definisi Digital
Literacy
Digital Literacy adalah kemampuan untuk secara efektif dan
kritis menavigasi, mengevaluasi dan membuat informasi dengan menggunakan
berbagai teknologi digital. Hal ini dibutuhkan untuk mengenali dan menggunakan
kekuatan itu, untuk memanipulasi dan mengubah media digital, untuk
mendistribusikan pervasively, dan mudah mengadaptasi mereka untuk menjadi
bentuk-bentuk baru. Digital Literacy tidak menggantikan bentuk-bentuk
tradisional dari Digital Literacy, itu dibangun berdasarkan pondasi bentuk
tradisional dari Digital Literacy. Penelitian sekitar Digital Literacy
berkaitan dengan aspek-aspek yang lebih luas terkait dengan belajar cara
efektif menemukan, menggunakan, meringkas, mengevaluasi, membuat, dan
mengkomunikasikan informasi saat menggunakan teknologi digital.
Digital Literacy meliputi semua perangkat digital, seperti
perangkat keras komputer, perangkat lunak, internet, dan ponsel. Seseorang
menggunakan keterampilan ini untuk berinteraksi dengan masyarakat, atau dapat
disebut juga warga digital.
Sejarah singkat
literasi digital.
Istilah literasi digital mulai popular sekitar tahun 2005
(Davis & Shaw,2011) Literasi digital bermakna kemampuan untuk berhubungan
dengan informasi hipertekstual dalam arti bacaan tak berurut berbantuan
komputer. Istilah aliterasi digital pernah digunakan tahun 1980an,(Davis &
Shaw, 2011), secara umum bermakna kemampuan untuk berhubungan dengan informasi
hipertekstual dalam arti membaca non-sekuensial atau non urutan berbantuan
komputer (Bawden, 2001). Gilster (2007) kemudian memperluas konsep literasi
digital sebagai kemampuan memahami dan menggunakan informasi dari berbagai sumber
digital.; dengan kata lain kemampuan untuk membaca, menulis dan berhubungan
dengan informasi dengan menggunakan teknologi dan format yang ada pada masanya.
Penulis lain menggunakan istilah literasi digital untuk menunjukkan konsep yang
luas yang menautkan bersama-sama berbagai literasi yang relevan serta aliterasi
berbasis kompetensi dan keterampilan teknologi komunikasi, namun menekankan
pada kemampuan evaluasi informasi yang lebih “lunak” dan perangkaian
pengetahuan bersama-sama pemahaman dan sikap (Bawden, 2008; Martin, 2006, 2008)
. Literasi digital mencakup pemahaman tentang Web dan mesin pencari. Pemakai
memahami bahwa tidak semua informasi yang tersedia di Web memiliki kualitas
yang sama; dengan demikian pemakai lambat laun dapat mengenali situs Web mana
yang andal dan sah serta situasi mana yang tidak dapat dipercayai. Dalam
literasi digital ini pemakai dapat memilih mesin pemakai yang baik untuk
kebutuhan informasinya,mampu menggunakan mesin pencarian secara efektif
(misalnya dengan “advanced search”.
Dampak global
Pejabat pemerintah di seluruh dunia telah menekankan
pentingnya Digital Literacy untuk mereka dalam hal ekonomi. Banyak negara berkembang juga berfokus pada pendidikan Digital Literacy
untuk bersaing secara global. Literasi digital berdampak pada pustakawan karena
dia harus menguasai literasi informasi serta literasi lainnya sehingga
memungkinkan pustakawan mengembangkan kegiatan literasi informasi di
lingkungannya. Pengetahuan latar belakang juga menimbulkan masalah pada
pendidikan pustakawan. Apakah pola pendidikan pustakwan yang didominasi program
sarjana masih diteruskan atau diubah? Pengalaman menunjukkan bahwa pustakawan
yang berbasis sarjana ilmu perpustakaan merasakan kurang bekal ilmu pengetahuan
lain onilmu perpustakaan untuk kepentingan pekerjaannya. Maka banyak pustakwan
yang bergelar sarjana ilmu perpustakaan, manakala sudah bekerja, melanjutkan
pendidikan di tingkat pascasarjana bidang lain seperti komunikasi, pendidikan,
sejarah dll. Keadaan semacam itu mencetuskan gagasan mengapa beberapa lembaga
penyelenggara pendidikan pustakawan lebih memusatkan pada pendidikan
pascasarajana disertai dengan kegiatan riset sedangkan lembaga lain tetap
berkonsentrasi pada program sarjana saja. Juga secara tidak langsung hal itu
nampak pada usulan Forum Kerjasama Perpustakaan Perguruan Tinggi yang
mengusulkan agar kepala perpustakaan universitas adalah mereka yang bergelar
magister ilmu perpustakaan atau yang lebih tinggi.
Dampak Global Digital
Literacy
Dampak Positif :
- Perkembagan teknologi yang sangat pesat
- Semakin berkembangnya layanan dan fasilitas berbasis internet
- Memudahkan masyarakat dalam memperoleh informasi.
Dampak Negatif :
- Pencurian data dan informasi rahasia terhadap suatu perusahaan, organisasi dan negara
- Meningkatnya pelanggaran privacy seseorang
- Meningkatnya penipuan secara digital
- Pornografi, kekerasahan yang ditampilkan untuk konsumsi publik
Information Literacy
Information Literacy
Salah satu bagian penting dalam
digital literacy adalah information literacy, information literacy dapat
diartikan sebagai hasil pengolahan data dengan memanfaatkan teknologi, sehingga
dapat memberi pengetahuan kepada masyarakat
Information literacy juga diartikan
sebagai kondisi dimana kemampuan individu didalam memperoleh, memilih,
menyaring (filter) dan menggunakan informasi dengan baik dan benar dalam
menunjang kegiatan belajar mengajar, menambah pengetahuan, maupun sebagai
proses pengambilan keputusan (Decision Making).
Literasi Informasi disimpulkan menjadi: seperangkat keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap mahasiswa untuk mendapatkan, mengidentifikasi dan menggunakan informasi, mengevaluasi sumber-sumber informasi yang otoritatif, mengelola dan menyimpan informasi dengan benar serta dapat menggunakan informasi secara etis. Yang bertujuan untuk membentuk pribadi-pribadi yang berpikir kritis dan menjadi pembelajar seumur hidup.
Komentar
Posting Komentar