Digital Divide, Digital Inequaity, Knowledge Divide, Digital Literacy, Information Literacy

Digital Divide


Kesenjangan digital adalah kesenjangan ekonomi dan sosial terkait akses, penggunaan, atau dampak teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Kesenjangan antara antarnegara (seperti kesenjangan digital di Amerika Serikat) dapat mengacu kepada kesenjangan antar individu, rumah tangga, bisnis, atau wilayah geografis, biasanya dengan tingkat sosial-ekonomi yang berbeda atau kategori demografi lain. Kesenjangan antarnegara atau kawasan dunia disebut kesenjangan digital global,  yaitu kesenjangan teknologi antara negara berkembang dan negara maju di tingkat internasional.

Salah Satu Contoh Nyata Digital Divide di Indonesia

Di saat masyarakat kota maupun masyarakat negara maju sudah melek internet dan internet sudah menjadi kebutuhan utama (primer), masih saja ditemui adanya masyarakat didesa maupun masyarakat di negara tertinggal dan negara berkembang yang terkendala di dalam mengakses dan menggunakan sarana internet, bahkan yang tidak tahu sama sekali mengenai internet.

Faktor-Faktor Penyebab Digital Divide di Indonesia

Penyedian Infrastruktur yang Belum Merata

Infrastruktur dalam hal ini meliputi ketersediaan sarana akses berupa jalan raya (transportasi), air, listrik, ingga internet. Dengan adanya infrastruktur yang memadai, maka akan memudahkan di dalam proses penyediaan sarana dan fasilitas informasi digital. Sebagai contoh :

Misalkan saja apabila tersedia sarana jalan raya yang memadai, maka akan memudahkan di dalam proses transportasi, termasuk juga penyebaran perangkat keras komputer.

Penyedian sarana listrik yang cukup untuk menunjang kegiatan elektronis masyarakat, khusunya komputer, internet, televisi, radio, dan akses digital lainnya.
 
Belum meratanya akses internet di suatu daerah serta diperparah dengan biaya internet yang masih belum terjangkau bagi sebagian besar kemampuan ekonomi masyarakat.


Pembangunan yang Belum Merata

Faktor kedua ini berkaitan dengan faktor petama yang telah dijelaskan sebelumnya. Di wilayah negara yang luas di Indonesia, pembangunan yang tidak merata dan hanya berpusat pada satu pulau saja akan sangat disayangkan. Kita dapat melihat kurangnya pemerataan pembangunan di indonesia antara wilayahdesa dan kota besar, antara wilayah dipulau Jawa dan Bali dengan pulau-pulau kecil, apalagi yang berada di wilayah terluar (perbatasan)

Kurangnya Kerja Sama Pemerintah, Masyarakat, Swasta, Akademis

Faktor ini disebabkan oleh masih kurangnya kerja sama antara pemerintah (pusat dan daerah), masyarakat setempat, swasta, dan para akademisi di dalam bahu-membahu menghapus Digital Divide dan Knowledge Divide pada berbagai daerah di Indonesia, terutama daerah pelosok dan desa.

Kurangnya Kepedulian Masyarakat

Faktor lain yang mempengaruhi adanya Digital Divide di Indonesia adalah masih banyaknya masyarakat indonesia yang tidak memiliki kepedulian, baik kepada sesama, kepada lingkungan sekitar, bahkan kepada diri mereka sendiri. Contohnya, aparat pemerintah dilingkungan desa atau wilayah pelosok tersebut juga tidak memiliki inisiatif untuk memulai proses mencerdaskan masyarakatnya.

Perbedaan Pola Hidup Masyarakat

Faktor ini juga menjadi penyebab adanya Digital Divide, baik di Indonesia maupun negara lainnya di dunia. Contonya, Perkembangan sebah telepon seluler (ponsel) dan gaya hidup anak muda di kota besar dengan di pedesaan atau daerah pelosok.

Regulasi yang Berbeda Setiap Daerah

Regulasi yang ada di daerah belum semuanya seragam dengan regulasi di kota besar, terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi. Misalkan saja belum banyak pemerintah daerah (misal di pedesaan, pelosok, kota kecil) di Indonesia yang menggalakan dan mensosialisasikan pemanfaatan internet, komputer dan komputerisasi, untuk menunjang kegiatan sehari-hari.
 


Digital Inequality

Digital inequality adalah bentuk ketidaksetaraan digital yang terjadi dalam dunia masyarakat, dimana digital inequality ini dianggap sebagai evolusi dari digital divide.


Digital Inequality sebagai Dampak dari Digital Divide

Digital Inequality merupakan bentuk pergantian dan evoluasi dari Digital Divide, dimana manusia tidak dapat memanfaatkan Teknologi Informasi di dalam menunjang kegiatan sehari-hari. Sedikit berbeda dengan Digital Divide yang mana menekankan kepada kesenjangan yang terjadi, sehingga menimbulkan masyarakat yang juga sama-sama tidak bisa memanfaatkan Teknologi Informasi, maka pada Digital Inequality terdapat ketidak setaraan pada empat buah hal berikut:

Teknis (Technical)

Secara teknis, tidak meratanya akses internet pada suatu daerah , akan menghambat masyarakat di dalam memperoleh akses pengetahuan dan informasi melalui internet .

Otonomi (Autonomy)

Otonomi mencangkup kebijakan dari pemerintah, baik disuatu daerah maupun negara setempa. Apabila pemerintah suatu daerah atau negara tidak terbuka dan tidak peduli akan keberadaan masyarakat yang tidak merata di dalam menikmati akses Teknologi Informasi, maka akan makin banyak masyarakat yang mengalami Digital Inequality.

Keterampilan (Skill)

Makin rendahnya ketrampilan atau kemampuan individu akan pemanfaatan Teknologi Informasi, akan meningkatkan Digital Inequality yang berdampak buruk di era digital ini.

Tujuan (Purpose)

Hal terakhir terkait ketidak merataan yang memicu terjadinya Digital Inequality, sebagai dampak dari Digital divide, adalah tujuan dari individu bersangkutan di dalam mempelajari dan menggunakan teknologi informasi. Tujuan-tujuan tersebut haruslah diketahui dengan pasti, sebagai motivasi di dalam mempelajari dan menggunakan Teknologi Informasi.

Digital divide dan Digital Inequality pada Sejumlah Negara di Dunia

Sejumlah negara-negara di berbagai belahan dunia bahu-membahu utuk menyikapi masalah Digital divide (termasuk untuk diberikat solusi, ditengah makin pesatnya perkembangan dan pemanfaatan teknologi dan informasi di berbagai bidang kehidupan).

Knowledge Divide


Knowledge divide berarti kesenjangan pengetahuan dimaksudkan sebagai bentuk kesenjangan di dalam memperoleh pengetahuan dan berbagai pengetahuan. Knowledge divide memberikan dampak buruk bagi masyarakat dan negara.

Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Knowledge divide

Sejumah faktor peneybab terjadinya knowledge divide pada masyarakat suatu wilayah atau negara dan individu secara pribadi antara lain:
  • Ketidak merataan akses internet
  • Ketidak merataan infrastrukstur dan bangunan
  • Pola pikir dan kebiasaan masyarakat
  • Kebijakan pemerintah setempat
  • Minat baca tulis dan berbagai pengetahuan yang kurang pada masyarakat
  • Biaya hidup dan kesejahteraan masyarakat

Hubungan Antara Knowledge divide dengan Digital divide

Antara Knowledge divide dengan digital divide tedapat benang merah, yang dapat menciptakan suatu kondisi dimana terjadi kesenjangan di antara suatu individu atau masyarakat secara umum di dalam memperoleh akses dan layanan berbasis digital, baik untuk kegiatan dan kebutuhan sehari-hari. Kondisi inilah yang memicu terjadinya knowledge divide.

Upaya-Upaya Untuk Menghapus Digital divide

  • Gerakan internet masuk desa
  • Sosialisasi penggunaan perangkat lunak Open Source
  • Perbaikan dan penambahan infrastruktur oleh pemerintah
  • Sosialisasi baca tulis dan digitalisasi ke masyarakat
  • Semangat untuk belajar dan berbagi pengetahuan pada masyarakat
Digital Literacy


Definisi Digital Literacy

Digital Literacy adalah kemampuan untuk secara efektif dan kritis menavigasi, mengevaluasi dan membuat informasi dengan menggunakan berbagai teknologi digital. Hal ini dibutuhkan untuk mengenali dan menggunakan kekuatan itu, untuk memanipulasi dan mengubah media digital, untuk mendistribusikan pervasively, dan mudah mengadaptasi mereka untuk menjadi bentuk-bentuk baru. Digital Literacy tidak menggantikan bentuk-bentuk tradisional dari Digital Literacy, itu dibangun berdasarkan pondasi bentuk tradisional dari Digital Literacy. Penelitian sekitar Digital Literacy berkaitan dengan aspek-aspek yang lebih luas terkait dengan belajar cara efektif menemukan, menggunakan, meringkas, mengevaluasi, membuat, dan mengkomunikasikan informasi saat menggunakan teknologi digital.

Digital Literacy meliputi semua perangkat digital, seperti perangkat keras komputer, perangkat lunak, internet, dan ponsel. Seseorang menggunakan keterampilan ini untuk berinteraksi dengan masyarakat, atau dapat disebut juga warga digital.

Sejarah singkat literasi digital.

Istilah literasi digital mulai popular sekitar tahun 2005 (Davis & Shaw,2011) Literasi digital bermakna kemampuan untuk berhubungan dengan informasi hipertekstual dalam arti bacaan tak berurut berbantuan komputer. Istilah aliterasi digital pernah digunakan tahun 1980an,(Davis & Shaw, 2011), secara umum bermakna kemampuan untuk berhubungan dengan informasi hipertekstual dalam arti membaca non-sekuensial atau non urutan berbantuan komputer (Bawden, 2001). Gilster (2007) kemudian memperluas konsep literasi digital sebagai kemampuan memahami dan menggunakan informasi dari berbagai sumber digital.; dengan kata lain kemampuan untuk membaca, menulis dan berhubungan dengan informasi dengan menggunakan teknologi dan format yang ada pada masanya. Penulis lain menggunakan istilah literasi digital untuk menunjukkan konsep yang luas yang menautkan bersama-sama berbagai literasi yang relevan serta aliterasi berbasis kompetensi dan keterampilan teknologi komunikasi, namun menekankan pada kemampuan evaluasi informasi yang lebih “lunak” dan perangkaian pengetahuan bersama-sama pemahaman dan sikap (Bawden, 2008; Martin, 2006, 2008) . Literasi digital mencakup pemahaman tentang Web dan mesin pencari. Pemakai memahami bahwa tidak semua informasi yang tersedia di Web memiliki kualitas yang sama; dengan demikian pemakai lambat laun dapat mengenali situs Web mana yang andal dan sah serta situasi mana yang tidak dapat dipercayai. Dalam literasi digital ini pemakai dapat memilih mesin pemakai yang baik untuk kebutuhan informasinya,mampu menggunakan mesin pencarian secara efektif (misalnya dengan “advanced search”.

Dampak global

Pejabat pemerintah di seluruh dunia telah menekankan pentingnya Digital Literacy untuk mereka dalam hal ekonomi. Banyak  negara berkembang  juga berfokus pada pendidikan Digital Literacy untuk bersaing secara global. Literasi digital berdampak pada pustakawan karena dia harus menguasai literasi informasi serta literasi lainnya sehingga memungkinkan pustakawan mengembangkan kegiatan literasi informasi di lingkungannya. Pengetahuan latar belakang juga menimbulkan masalah pada pendidikan pustakawan. Apakah pola pendidikan pustakwan yang didominasi program sarjana masih diteruskan atau diubah? Pengalaman menunjukkan bahwa pustakawan yang berbasis sarjana ilmu perpustakaan merasakan kurang bekal ilmu pengetahuan lain onilmu perpustakaan untuk kepentingan pekerjaannya. Maka banyak pustakwan yang bergelar sarjana ilmu perpustakaan, manakala sudah bekerja, melanjutkan pendidikan di tingkat pascasarjana bidang lain seperti komunikasi, pendidikan, sejarah dll. Keadaan semacam itu mencetuskan gagasan mengapa beberapa lembaga penyelenggara pendidikan pustakawan lebih memusatkan pada pendidikan pascasarajana disertai dengan kegiatan riset sedangkan lembaga lain tetap berkonsentrasi pada program sarjana saja. Juga secara tidak langsung hal itu nampak pada usulan Forum Kerjasama Perpustakaan Perguruan Tinggi yang mengusulkan agar kepala perpustakaan universitas adalah mereka yang bergelar magister ilmu perpustakaan atau yang lebih tinggi.


Dampak Global Digital Literacy

Dampak Positif :


  • Perkembagan teknologi yang sangat pesat
  • Semakin berkembangnya layanan dan fasilitas berbasis internet
  • Memudahkan masyarakat dalam memperoleh informasi.

Dampak Negatif :


  • Pencurian data dan informasi rahasia terhadap suatu perusahaan, organisasi dan negara
  • Meningkatnya pelanggaran privacy seseorang
  • Meningkatnya penipuan secara digital
  • Pornografi, kekerasahan yang ditampilkan untuk konsumsi publik



Information Literacy


Information Literacy

Salah satu bagian penting dalam digital literacy adalah information literacy, information literacy dapat diartikan sebagai hasil pengolahan data dengan memanfaatkan teknologi, sehingga dapat memberi pengetahuan kepada masyarakat

Information literacy juga diartikan sebagai kondisi dimana kemampuan individu didalam memperoleh, memilih, menyaring (filter) dan menggunakan informasi dengan baik dan benar dalam menunjang kegiatan belajar mengajar, menambah pengetahuan, maupun sebagai proses pengambilan keputusan (Decision Making).
 
Literasi Informasi disimpulkan menjadi: seperangkat keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap mahasiswa untuk mendapatkan, mengidentifikasi dan menggunakan informasi, mengevaluasi sumber-sumber informasi yang otoritatif, mengelola dan menyimpan informasi dengan benar serta dapat menggunakan informasi secara etis. Yang bertujuan untuk membentuk pribadi-pribadi yang berpikir kritis dan menjadi pembelajar seumur hidup.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Komputer dari generasi ke generasi

Mobile Computing